Penelitian Respublica Terbit, Ketua AMPERA Ungkap Kekecewaan Publik pada Kemenkeu



MINANGTIME.COM, JAKARTA- Dugaan kasus korupsi dan pencucian uang yang melibatkan para pegawai Kementerian Keuangan (Kemenkeu) menuai kritik keras dari warganet. Sejumlah pihak terkait pun menjadi sasaran kritik. Mulai dari pegawai Kemenkeu yang bergaya hidup mewah, Menteri Keuangan Sri Mulyani yang dianggap gagal melakukan pengawasan, hingga KPK yang dinilai gagal melakukan penegakan hukum.


Penelitian terbaru Respublica Institute terhadap percakapan populer di Twitter memperlihatkan kritik keras warganet ini dipicu oleh dua temuan Pusat Pelaporan dan Analisis dan Transaksi Keuangan (PPATK). Temuan pertama adalah pemblokiran 40 rekening milik pegawai Kemenkeu Rafael Alun Tri Sambodo senilai Rp 500 miliar. Temuan kedua adalah aliran dana mencurigakan di Kemenkeu senilai Rp 300 triliun.


“Dua temuan PPATK ini memicu kemunculan dua kata kunci dalam percakapan populer warganet pada 7-9 Maret 2023. Kata kunci pertama adalah 500 M yang menghasilkan volume percakapan 47.768 twit selama 11,5 jam menjadi trending topic. Kata kunci kedua adalah 300 T yang menghasilkan volume percakapan sebesar 73.581 twit selama 6,5 jam menjadi trending topic,” kata peneliti Respublica Institute Teguh V. Andrew, Sabtu (18/3) di Jakarta.


Kedua temuan ini juga memengaruhi aktor-aktor yang menjadi pusat atensi percakapan populer warganet. Aktor paling populer adalah Menteri Keuangan yang menghasilkan volume percakapan sebesar 84.615 twit (61 %). Selain itu, aktor lain yang menjadi pusat atensi percakapan adalah pegawai Kemenkeu, Rafael Alun Tri Sambodo yang menghasilkan volume percakapan sebesar 47.768 twit (35 %).


*Pembiaran dan Kemandekan Penegakan Hukum*


Atensi percakapan terhadap Rafael Alun Tri Sambodo memunculkan kritik warganet terhadap gaya hidup mewah para pegawai Kemenkeu. Hal ini tak terlepas dari aset dan kekayaan para pegawai Kemenkeu beserta keluarganya yang dianggap warganet yang dinilai tidak sesuai dengan pendapatan yang dihasilkan.


“Temuan 40 rekening milik  pegawai Kemenkeu, Rafael senilai Rp 500 miliar membuat warganet menduga para pegawai Kemenkeu melakukan korupsi dan pencucian uang. Warganet mempertanyakan asal-usul uang dalam rekening-rekening tersebut. Warganet juga membandingkan rekening-rekening itu dengan hutang negara yang kian menumpuk”, kata Teguh.


Sementara temuan aliran dana mencurigakan di Kemenkeu senilai Rp 300 triliun menjadi pemicu kritik keras warganet terhadap Sri Mulyani. Warganet menilai sosok Menteri Keuangan itu lalai dalam melakukan pengawasan terhadap para pegawainya. Dengan nominal aliran dana sebesar itu, warganet meragukan Sri Mulyani tidak mengetahui sama ihwal persoalan ini.


Alih-alih bersikap terbuka, warganet menilai Sri Mulyani bersikap defensif dan berupaya menutupi penyimpangan yang dilakukan oleh para pegawai Kemenkeu. Sosok Menteri Keuangan ini pun dalam pandangan warganet berupaya mengalihkan isu korupsi dan pencucian uang yang sudah mengakar dan berlangsung lama dengan pengalihan isu. Salah satunya tentang menyebarnya paham radikalisme di lingkungan Kementerian Keuangan.


“Pembiaran penyimpangan pegawai Kemenkeu yang melakukan korupsi dan pencucian uang  tidak saja membuat jumlah pelaku dan nominal aliran dana bermasalah kian membesar. Namun juga membuat warganet menilai ekonomi Indonesia selama bertahun-tahun telah berjalan di tempat”, tutur Teguh.


Warganet juga meragukan penyelesaian secara hukum dugaan kasus korupsi dan pencucian uang. Dalam menelusuri aset-aset bermasalah pegawai Kemenkeu, misalnya,  Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dianggap warganet bersifat formalistik dan enggan melakukan terobosan hukum. Hal ini terlihat ketika KPK menyebut mobil Rubicon yang digunakan Mario Dandy bukan milik Rafael hanya karena identitas yang tertera di STNK dan BPKB berbeda.


KPK dalam pandangan warganet juga kerap melakukan tebang-pilih terhadap kasus-kasus aset bermasalah yang melibatkan para pegawai Kemenkeu. Salah satu penyebabnya adalah konflik kepentingan yang terdapat dalam tubuh lembaga penegak hukum, seperti KPK. Konflik kepentingan ini, misalnya melibatkan sosok Wakil Ketua KPK, Alexander Marwata dan pegawai Kemenkeu Rafael yang memiliki rekening senilai Rp 500 miliar. Keduanya sama-sama  lulusan STAN pada 1986.


“Jika KPK tidak mampu, warganet meminta KPK untuk menyerahkan kasus-kasus semacam ini ke Kejagung, Polri, dan TNI. Warganet juga menilai KPK juga sudah sepantasnya dibubarkan”, pungkas Teguh.


*Puncak Kekecewaan Warganet*


Ketua Advokat Merdeka Pembela Rakyat (AMPERA), Muhammad Mualimin, menyebut keinginan warganet untuk membubarkan KPK dan menyerahkan kasus korupsi dan pencucian uang ke TNI merupakan ekspresi kekecewaan. Ia menilai warganet kecewa terhadap KPK karena tidak mampu memonitor aset-aset bermasalah pegawai Kemenkeu, kecuali jika kasus semacam ini telah viral.


“Padahal dalam Pasal 6 Undang-Undang Tipikor, KPK ditugaskan untuk mengawasi penyelenggara negara. Mungkin inilah yang membuat warganet menyimpulkan apa gunanya keberadaan KPK sebagai pencegah suap dan korupsi kalau dimana-mana pejabat terlihat memiliki miliaran aset dan barang mewah. Berarti peran KPK masih dipertanyakan. KPK Jangan sampai seperti kerbau sawah yang jalan setelah dicambuk”, kata Ketua AMPERA itu.


Kekecewaan warganet ini juga akan memantik ketidakpercayaan public terhadap para pegawai Kemenkeu. Dua temuan PPATK, menurut Muhammad Mualimin benar-benar mengaduk emosi public yang pada saat bersamaan belum secara ekonomi pasca pandemic Covid-19. Ia menilai bukan mungkin jika antusiasme warganet dalam membayar pajak menurun.


“Menkeu sering mengeluh karena penerimaan negara dari pajak tidak sesuai target. Tapi kenapa membiarkan anak buah punya rekening jumbo. Ini berarti pengawasan internal tumpul. Sri Mulyani galak bagai singa saat minta rakyat bayar pajak, tapi ketika bicara pengawasan ke bawahan bak ayam sayur”,  tutup Muhammad Mualimin.


Penelitian Respublica Institute bertajuk _Tren Percakapan Populer Warganet tentang Dugaan Kasus Korupsi dan Pencucian Uang di Kemenkeu_  dilakukan pada 2-9 Maret 2023. Dalam rentang waktu itu, terdapat 3 tagar dan 4 kata kunci yang muncul sebagai percakapan populer  warganet. Seluruh tagar dan kata kunci ini menghasilkan volume percakapan sebanyak 132.383 selama 24 jam. (RD)

0 Comments

Post a Comment