Membawa game Indonesia mendunia, Azzizah Assattari yang
menjadi salah satu nominator 7 Millenial Heroes dan 10 Pemuda Paling
Berpengaruh di Indonesia pada tahun 2019 oleh Presiden Joko Widodo ini pun
mulai mendirikan perusahaannya sendiri bernama Lentera Nusantara pada tahun
2016 bersama dengan co foundernya, Wahyu Agung Pramudito.
Wahyu Agung Pramudito sendiri merupakan seorang lulusan PhD
dari universitas ternama di luar negeri yang bernama Manchester University
dengan bidang keahlian electro engineering dan telah mengeluarkan paten di
bidang 5G. Memadukan bidang keahlian yang tinggi dari seni dan teknologi,
mereka Lentera Nusantara merupakan perusahaan startup yang bergerak dalam
pengembangan konten digital dan budaya berbasis teknologi seperti game yang
bertemalokal Indonesia.
Azizah Assattari dibawah Lentara Nusantara mengawali karier
dengan membuat game bernama “Ghost Parade”, dengan tema makhluk fantasi yang
diangkat dari kebudayaan Indonesia.
“GhostParade” adalah alam semesta yang berpusat dari cerita
dari seorang gadis kecil yang bertemandengan hantu dan makhluk gaib.
Dikelilingi suasana magis dan mistis, “Ghost Parade”menceritakan kisah gadis
bernama Suri yang tersesat di hutan dan mencoba untuk kembali kerumah.
Sepanjang jalan, ia berteman dengan banyak hantu mistis di dalam hutan untuk
membimbingnya.
Sebagai imbalannya, para hantu membutuhkan bantuan Suri
untuk mengambil kembali hutan dari manusia yang menghancurkannya.
Azizah Assattari ingin meningkatkan kesadaran kepada para
audiens tentang pelestarian budaya dan banyak lagi masalah lingkungan seperti
deforestasi dan binatang langka. Konflik utama dalam cerita ini ada karena
orang-orang mulai merusak hutan yang merupakan rumah untuk banyak hantu dan
binatang. Di alam semesta ini, Azizah Assattari ingin orang-orang percaya bahwa
manusia bisa lebih berbahaya dari hantu. “Ghost Parade” pun telah diterbitkan
di level global oleh publisher terbaik nomor 7 di dunia yakni Aksys Games.
Tidak berhenti berkarya, Azzizah Assattari dibawah Lentera
Nusantara akan merilis galeri seni digital dan fisikalnya yaitu “Semesta
Nusantara Gallery” pada hari Rabu (02/02/2022) bertempat di Lentera Nusantara
Studio, JL. Cigadung Selatan II No. 7 Kota Bandung. Kegiatan ini dimulai dengan
membuka whitelist exclusive untuk 202 adopter karya pertama, lalu akan
berlanjut hingga tanggal 22 Februari 2022 (22/02/2022), dimana Lentera
Nusantara akan melepas 707 koleksi seni metaverse dengan tajuk “Sapta Semesta
Jagadnata”. Hal ini sekaligus menandai dibukanya gerbang karya cipta nusantara
ke semesta (metaverse) blockchain.
Koleksi seni metaverse dengan tajuk “Sapta SemestaJagadnata” ini menceritakan tentang penciptaan semesta dalam 7 pengetahuan sang
pencipta. Maha Jagadnata, juga dikenal sebagai Tuhan menamai siang, malam,
langit, bumi, laut, dan semua makhluk hidup segera setelah menciptakannya,
dengan demikian menyelesaikan proses penciptaan itulah yang disebut Sapta
Semesta Jagadnata, atau Tujuh Seni Liberal Penciptaan Semesta (Metaverse).
Tujuh Seni Liberal Semesta (Sapta Semesta Jagadnata)
dipisahkan menjadi dua bagian besar dalam perjalanan fisik dan jiwa manusia.
Mereka adalah Trivium yang terdiri dari Grammatica, Dialectica, dan Rhetorica.
Sedangkan Quadrivium terdiri dari Arithmetica, Geometria,
Musica, dan Astronomia. Trivium berfokus pada mempelajari seni dialog jiwa dan
pikiran, sedangkan Quadrivium berfokus pada mempelajari seni menyusun dunia
fisik yang sebenarnya.
Perilisan “Semesta Nusantara Gallery” ini merupakan lanjutan
dari karya-karya Azzizah Assattari sebelumnya. “Semesta Nusantara Gallery”
hadir dengan roadmap untuk menggabungkan galeri fisik di seluruh dunia dan
galeri digital di metaverse, dalam wujud karya dengan cerita IP naratif dari
konten lokal Indonesia.
Proyek berbasis seni NFT/krypto serta pengembangan ke
permainan game play-to-earn ini dirancang Lentera Nusantara dengan tujuan untuk
mengungkap potensi dan nilai Seni Nusantara di level standar global.
Tidak sendirian, kali ini dalam pembuatan “Semesta NusantaraGallery” ini Azizah Assatari didukung penuh oleh Riri Amalas Yulita, salah satu
mentor paling esensial dalam karir Azizah di dunia kreatif mutimedia yang juga
merupakan lulusan dari S1 Teknik Fisika Institut Teknologi Bandung dan S2
Institut Manajemen Telkom.
Mendukung penuh misi mengarahkan mata dunia ke Nusantara ini
dengan sepenuh hati, Riri Amalas Yulita seseorang yang nama besarnya telah
malang melintang lebih dari 20 tahun di dunia komunikasi digital dengan menjadi
direktur anak perusahaan PT. Telkom, serta pernah berhasil meraih Satyalancana
Wira Karya pada tahun 2020 dari Presiden Joko Widodo ini pun memilikivisi dan
misi yang sama.
Didasari oleh visi dan misi yang sama itulah Azizah Assatari
dan Riri Amalas Yulita ingin memperkenalkan banyak hal mengenai seni budaya
Indonesia dimata dunia, lalu membuat sebuah inovasi yang dapat memerdekakan
karya cipta Indonesia di semesta digital.
Selain itu, Azizah Assatari dan Riri Amalas Yulita berharap
nantinya masa depan karya-karya digital berbasis kekayaan intelektualan
diungkap ke banyak kreasi IP dan beragam media seperti komik dan game.
Tidak berhenti sampai disitu, hadirnya “Semesta NusantaraGallery” sekaligus merilis platform edukasi creator digital yang bernama
“Lentera Creator’s Edu”, sebuah hybrid methods yang memadukan online dan
offline class dengan visi mengangkat kekayaan alam, budaya, serta pariwisata
Indonesia.
Pengembangan platform edukasi khusus kreator Indonesia ini
juga membawa mimpi untuk mengedukasi bangsa menjadi kreator kelas dunia, dengan
tujuan untuk membawa kekayaan khasanah nusantara, baik itu dalam karya seni
ataupun kisah mitologi, sebagai sebuah wujud kekayaan intelektual tingkat
tinggi di metaverse global.
Untuk selanjutnya, Azizah Assattari akan melebarkan karyanya
pada desa wisata Indonesia, adat kebudayaan minang kabau, dan beberapa
kolaborasi dengan fashion artist ternama. Dengan keberadaan “Semesta Nusantara
Gallery” ini menunjukan kesungguhan karya-karya dari Azizah Assattari dibawah
Lentera Nusantara dalam memperkenalkan budaya Indonesia, serta Azizah Assatari
tidak akan menolak ajakan untuk kolaborasi demi tertujunya mata dunia terhadap
Indonesia.
Selain itu, nantinya sebagian hasil dari karya “SemestaNusantara Gallery” akan didonasikan kepada Yayasan Kanker agar dapat mendukung
keberlangsungan pendidikan anak-anak dengan orang tua penderita kanker.
Sehingga “Semesta Nusantara Gallery” ini bisa menjadi wadah dunia untuk terus
bertumbuh, berkembang, dan bermanfaat.
“Melalui karya ini kami ingin mengatakan pada dunia bahwa
Lentera Nusantara mampu menggabungkan tekonologi dan karya lokal Indonesia
dengan kualitas terbaik dibalut dengan cara yang unik untuk mengharumkan nama
bangsa keseluruh dunia sehingga dapat bermanfaat untuk semesta, demikian visi
kami berdua,” ungkap Azizah Assatari dan Riri Amalas Yulita.
Berkolaborasi dengan mitra kelas global seperti nama-nama
besar Gramedia, Kompas, Tokyo Crypto, Aksys Games, serta disupport oleh
berbagai instansi pemerintahan dan kementerian dengan visi serupa dan juga
berbagai kemitraan lainnya.
“Semesta Nusantara Gallery” diharapkan mendapat dukungan
besar dari Indonesia. Lentera Nusantara akan terus berkomitmen untuk terus
mengangkat karya cipta nusantara di semesta global,” katanya. (Bambang)
0 Comments