Sudah Larut Dengan Kenangan, Sudah Surut Oleh Genangan, Tidurlah, Sebab Rindu Juga Butuh Istirahat. Karna Cinta Adalah Filosofi Kucing



Penulis : M. Rafi Ariansyah
(Mahasiswa Ilmu Administrasi Negara, Universitas Negeri Padang dan Kader HMI Ilmu Sosial UNP Cabang Padang)

          Pagi ini menjadi menakutkan saat kita hendak berpisah dengan malam, ketika perlahan kita saling meletakkan catatan mimpi yang tak usai kita jelajahi.
Ya benar, memang ada rindu yang belum selesai. Aku mendengar hening ketika angin mengantarkan pagi melarungkan bilah-bilah cahaya di hamparan kabut, membuat tatapan mata sedikit terganggu oleh genangan air mata yang perih dan sedikit merah.

Aku menuliskanmu dalam puisi pagi, tentang riap angin membelai pucuk ilalang, menyongsong terang agar gelap menghilang. Kita sempat mendengar pagi mengetuk mimpi, namun kita memilih lelap agar dapat memaknai rindu yg begitu lekap. Kamu angin, aku hanyalah sehelai daun kering. Bersama kita menjelajah setiap celah hutan untuk menemukan tempat persinggahan.

Menawan senyummu telah mencumbu pandanganku, lembut tutur katamu membelengguku. Aku tak bisa mengelaknya, tanganku tak lagi bisa menulis romansa ini, kata apa yang pantas menggambarkanmu ? Katakanlah! Agar tulisan ini bisa selesai dan sampai pada alur yang lebih ter'urai. Lambat laun kau mulai menjauh dan pergi setelah membuatku luluh. Seperti itukah prosa dan cinta yang sebenarnya ? Jawabannya ada didirimu jikalau hati dan katamu masih sama-sama satu. Tebaklah! Ini bukanlah teka-teki namun pendalaman hati yang sedang di uji.

Tentu ini sebuah pelajaran hidup yang aku bagikan kepadamu. Sejauh mata memandang ada sekawanan burung menari-nari, sejauh kaki berjalan ada sekumpulan batu kerikil yang membuatku tersandung. Lagi dan lagi masih ku timbang-timbang dalam memandang, lagi dan lagi masih ku ukur-ukur dalam berjalan! Sontak kau tak akan pernah tau maksudku? hanya saja memastikan ke elokan ucapan dan hatimu wahai sayangku penguasa sejagat dan senada jiwaku...

Masih terus bertanya tentang dirimu, se olah-olah aku dihantui penasaran atas sikapmu.. Aku merasa sulit rasanya untuk mampu dan bisa menjajal hatimu, masuk kedalamnya dan melihat warna-warna apa saja yang telah menghiasi dirimu?
Apa itu? Yang telah mampu membuatmu gundah dan terpaku diam se akan-akan hambar tanpa rasa. Siapa yang telah melukaimu? Katakanlah padaku, akan ku cambuk dan akan ku hilangkan dia dari bumi ini. Sebab,  dia telah berani melukai hati orang yang aku cintai.. Ah,  aku hanya baru secuil biji jambu yang baru memasuki kehidupanmu.  Tentu aku tak bisa berharap terlalu banyak.. Langkahku mungkin sangat jauh tertinggal dari sosok orang yang telah mengenalmu sedari dulu.. Pesimisme ini membuatku terus menggali dan menganalisis analogi berfikirmu, sampai dimana aku mampu dan sampai dimana aku bisa mendapatkan semua jawabannya?
Sungguh sulit,  namun sedikit demi sedikit akan ku usahakan melilit hatimu meskipun persaingan ini sangat sengit.

Aku berusaha memakai filosofi kucing saat hendak meminta makanan kepada majikannya yaitunya dengan cara mengelus manja kaki majikannya, meskipun berulang-ulang kali dimarahi dan meskipun berulang-ulang kali tiada mendapatkan hasil namun pada akhirnya usaha tidak akan pernah mengkhianati hasil. Ku mohon jangan seringkali kau bertanya, mengapa aku masih belom berhenti berusaha? Ini adalah perbaikan rasa yang harus dijaga sebab hatimu kian berubah menjadi batu.
Jika kemarin aku meninggalkanmu tanpa permisi, maka sekarang aku menjemputmu bagaikan sebuah kejutan.

Cobalah lihatlah kesini meskipun hanya sekali, fokus dan tataplah mataku.
Lihatlah Cuitan senyum ini menoleh ke arahmu, gaya ambigu yang selama ini terpakai akhirnya tersimpan..
Tenang, nyaman, dan damai ketika melihat senyum dan tutur katamu..
Siapakah kamu sebenarnya? Dari manakah kau berasal?
Secepat inikah kau buatku terbuai dengan alunan nada lewat katamu..
Kau telah menggempur hati ini  dan menghancurkannya menjadi berkeping-keping.. Aku menyesal dengan pertemuan itu, sungguh menyesal jika akhirnya begini..
Namun, Tuhanlah yang maha punya jalannya..
Pertemuan adalah hal yang tidak disengaja, dan kenapa saat itu aku mau menelusuri tempat itu?
Sebab,  cerita kehidupan ini sudah tergantung di Lahlul Mahfuz dan tidak ada seorangpun yang tau alur ceritanya.. Lagi lagi kusempatkan menoleh ke arahmu, perlahan-lahan melihat dan menepi setiap sudut wajahmu..
Aku tau kau orang baik,  dan kau pantas mendapatkan yang terbaik.
Lewat tulisan dan kausa yang baru saja aku ciptakan ini, merupakan segelintir kata yang melambangkan perasaanku...
Akhir Kata
"Ku Tunggu kau dengan Jamuanmu"

Usai dan Selesai,  Mengapa aku tak mampu melihat senyuman itu lagi?
Mendekap setiap sepi yang kau rasakan, sebab sempat dan tak sempat adalah persoalan kata yang memiliki alasan, Alasan mengapa pelekat tak mampu mendekatkanku... hufft Cibiran ini, seolah-olah membuatku marah dan tak tau kemana arah untuk mencegahnya...
Sadar dalam kadar yang sedikit adalah keteledoran yang bisa menghancurkan.. Lalu ku coba melihat dari mana keteledoran itu berasal , Jawabannya pas di setiap sudut pertemuan itu.

Kau tau manakala hati tak lagi berpijak? Ini bukanlah sekedar gurauan penyejukmu, awan hitam membayang-bayangimu dan ku hanya bisa membalasnya dengan menghembuskan nafas yang panjang!
Langkahku terhenti manakala hujan menjatuhi bumi, sontak ku bertanya, pelangi mana yang akan kau tunggu? Sedangkan petir tak henti-hentinya menyambar ke arahku.
Pudar, semuanya mulai pudar dengan dialegmatika yang tak benar.
Keroposlah jiwa-jiwa yang tak lagi bersemangat itu, meskipun tetes demi tetes keringat pernah mengharap.
Bagai kapal yang berlobang, perlahan-lahan ia mulai tenggelam dan itu mati rasa yang sedang ku genggam.
Satu hal yang aku percaya, awan biru akan kembali datang, membawa pelangi
indah dengan warna-warna yang baru. Sejatinya badai pasti berlalu...

Percayalah, Bahagiamu adalah Aku.....

0 Comments

Post a Comment