Kilas Balik Pesta Demokrasi 2019 - Hari Ini




Oleh: Elfin Maihendra 

Dewasa ini kalangan partisipan perhelatan demokrasi sudah tanpak berkreasi sesuai alurnya masing-masing, baik itu KPU, Bawaslu, serta bakal calon eksekutif dan legislatif. Berbicara soal demokrasi, 2019 adalah tahun pertama saya mengikuti pesta demokrasi dalam rangka pemilihan Eksekutif dan Legislatif, yang bertepatan pada 17 April tiga tahun silam. Pemilihan Umum saya lakukan di TPS 02 yang saat itu bertempat di SDN 10, tepatnya di jorong Padang Darek, Nagari Lubuk Malako, Kecamatan Sangir Jujuan, Kabupaten Solok Selatan.

 

Kala itu pemilihan umum berlansung dengan penuh syukur diusia saya yang kurang sebulan menuju genap 18 tahun, sehingga dapat memberikan pengalaman dalam mengkonsumsi hak pilih sebagai warga negara, dan juga penerapan dari ilmu lingkungan sekolah pada pelajaran Kewarga Negaraan yang mana sebagai Warga Negara harus menggunakan hak pilih tanpa golput.

Sebelum hari pencoblosan berlansung, saya yang saat itu berstatus sebagai mahasiswa aktif yang kampusnya memiliki jarak cukup jauh dari TPS (Tempat Pemungutan Suara), mempunyai kesepakatan dengan kawan-kawan mahasiswa lainnya yang sedang berada di perantauan (Kota Padang) untuk pulang kampung bersama dengan menyewa 2 bus sebagai kendaraan, yang dinaungi oleh organisasi primordial (HIPPELMA). Hal ini tentu menjadi keunikan dan kebersamaan yang begitu ekspresif dikalangan saat itu, kebijakan tersebut di eksekusi guna menjaga netralitas dan citra idealisme kita mahasiswa agar terhindar dari money politik dan tunggangan bebera oknum partai saat itu.

Karena sudah mempunyai KTP dan pesyaratan pemilihan lainnya, saya ditetapkan sebagai DPT (Daftar Pemilih Tetap) di TPS 02 Nagari Lubuk Malako. Sama halnya dengan mayoritas keluarga lainnya, sebelum berangkat ke TPS, perbincangan terkait pemilihan pasangan calon presiden dan wakil presiden hingga legislatif lainnya pun terjadi antara saya dengan kedua orang tua serta tetangga terdekat, hebatnya perbincangan tersebut terjadi tanpa ada unsur paksaan dan pertentangan dari masing-masing kita untuk menentukan pilihan pada saat pencoblosan nantinya.

Saya yang sudah 1 semester tidak pulang kampung cukup bahagia dengan lingkungan hari itu, perbincangan yang hangat tanpa adanya perdebatan yang egosentris terkait pemilihan nantinya menunjukan bahwa masyarakat sudah cukup memahami makna dari demokrasi. Berbondong-bondongnya seluruh kalangan ke TPS dan bahkan ada yang meliburkan diri dari rutinitas hariannya untuk mencoblos, menampakkan bahwa masyarakat hari itu adalah warga negara yang menggunakan hak pilihnya sebagai warga negara yang baik dan menolak untuk golput.

Berbicara tentang pemungutan suara, suasana TPS tempat saya mencoblos pada saat itu tertata dengan sangat baik, para panitia mengikuti peraturan terkait dengan baik. Kondisi surat suaranya pun juga masih sangat baik serta kotak suara masih tersegel dengan baik, hal ini tentu ditujukan agar menghindari kecurangan atau manipulasi hasil suara. 

Terlepas dari rumor dan polemik yang beredar terkait penyelenggaran pemilihan umum se indonesia hari itu, dari kilas balik pemilihan umum pertama yang saya lakukan pada 3 tahun silam tentu tidak sedikit pembelajaran yang dapat dipetik, diantaranya:

1. Gunakanlah hak suara dengan bijaksana, tanpa adanya paksaan ataupun money politik yang menggiurkan, memang 1 suara tidak akan merubah nasib seseorang tapi 1 suara akan menentukan siapa pemimpin dan bagaimana kepemimpinannya yang akan menentukan nasib bangsa ini kedepan.

2. Berpolitik merupakan hak setiap warga negara, tapi demokrasi merupakan pondasi yang harus dimiliki ketika ingin berkecimpung dalam dunia perpolitikan, dengan memahami hakikat demokrasi dapat mengurangi gesekan dan perselisihan antar rivalitas partai politik.

3. Selenggarakanlah pemilu dengan menjunjung tinggi asas pemilu LUBER dan JURDIL (Lansung, Umum, Bebas, Rahasia, Jujur dan Adil) guna menjaga efektifitas berlansungnya pemilihan umum yang sesuai dengan aturan yang berlaku.

Tinggal menghitung hari pesta demokrasi pilpres dan pileg akan digelar secara bersamaan tepatnya 14 Februari 2024 mendatang, hal ini merupakan ajang yang perlu dipersiapkan dengan mumpuni oleh seluruh partisipan, baik itu KPU dan Bawaslu selaku penyelenggara pemilu, calon presiden, calon wakil presiden dan calon legislatif sebagai pihak yang berkompetisi, serta masyarakat indonesia selaku warga negara yang akan mengkonsumsi hak pilihnya dalam perhelatan mendatang.

Selaku warga negara yang pernah berkecimpung dalam proses penyelenggaraan pilkada serentak di Sumatera Barat pada Desember 2020 silam, saya yakin dan percaya bahwa persiapan KPU dan  Bawaslu selaku penyelenggara pemilihan umum pada tahun 2024 mendatang tidak bisa diragukan lagi, kita dapat berkacamata pada kesuksesan pemilihan umum sebelumnya dan pilkada serentak yang dilakukan di Sumatera Barat pada Desember 2020 mendapatkan apresiasi dari berbagai lini pemerintahan atas keberhasilannya melaksanakan Pilkada serentak ditengah wabah covid-19.

Ditengah masa pemulihan ekonomi di indonesia saat ini, mudah-mudahan dinamika politik dan antusias pemilih dalam menggunakan hak pilihnya dengan bijaksana selalu terlestarikan sampai hari ini, seperti sebuah slogan "Tidak ada pelumas menuju TPS" artinya money politik tidak menjadi alasan untuk mencoblos.

0 Comments

Post a Comment