Pentingnya Memahami Posisi Perempuan.!

 


Dukungan antarperempuan menjadi perdebatan yang tidak hanya didengarkan diantara relasi perempuan satu dengan perempuan lainnya, bahkan tanpa kita sadari atau tidak, hal tersebut telah banyak mempengaruhi perilaku perempuan di mana pun ia berada. Coba teman-teman berpikir sejenak pernakah teman-teman perempuan menyadari alasan untuk berdandan, memilih perawatan kecantikkan, bahkan diet mati-matian demi sebuah bentuk tubuh yang dianggap ideal atau indah? Aku berdandan karena aku banyak uang dan aku sangat menyukai itu. Maka dari pernyataan itu, apakah memang begitu adanya? Atau, apakah kita sebenarnya sebagai perempuan merasa dirinya sedang dalam kompetisi? Ia, berkompetisi tentang definisi cantik, anggun, ideal, indah atau ingin membuat daya tarik terhadap lawan jenis, Atau apa alasan lainnya?

 Dilema pun terjadi saat kita mencintai diri sendiri atau sering disebut pula self-love dibincangkan antarperempuan, namun pada waktu yang sama pula mereka juga terbawa arus tuntutan nilai yang sudah sangat berkembang pesat di masyarakat pada masa sekarang ini. Bak kalimat yang sering dilontarkan pada masa sekarang ini Kalau gak cantik atau gak Glowing atau Glow Up gak dihargai cuy... ya begitu lah demikian. Bahkan masih banyak yang merujuk pada budaya patriarki yang mengatakan bahwa perempuan itu tidak boleh berkata kasar, harus lemah lembut, anggun, bahkan nyaris selalu dilontarkan bahwa perempuan harus bisa memasak, padahal bisa atau tidaknya memasak pun tidak akan mengubah jenis kelamin mereka. Terkadang beberapa pernah didengar disekitar masyarakat pada umumnya Perempuan yang sudah berstatus istri harus bisa dan mampu melayani suaminya, ataupun pada saat perceraian terjadi pun, yang selalu dibicarakan, dibincangkan dan disalahkan itu pasti yang namanya perempuan. Dimana mereka dianggap tidak mampu untuk merawat hubungan serta tidak mampu untuk melaksanakan tugasnya. Ataupun pada saat mereka mempertahankan hubungan yang toxic pun mereka juga dibilang sebagai perempuan yang sangat bodoh. 

Tidak jarang juga perempuan banyak yang menarik diri dari lingkungan pertemannya karena kecewa terhadap berbagai hal yang terjadi didalam sebuah lingkungan pertemanan perempuannya yang justru menyudutkan perempuan itu, sehingga mereka tidak percaya pada sesama perempuan lainnya, Women Supporting Women Is Bullshit.

Tak banyak pula sesama perempuan saling menjatuhkan, saling menghina, saling menanyakan apa yang sudah ia ketahui seolah-olah menjadi sebuah ejekkan didalam sebuah perkumpulan atau menjadikan sebuah candaan yang sangat menyakitkan. Rasanya tidak ada habisnya jika perempuan selalu mendapatkan stereotipe dan gangguan dilingkungannya dan dari teman perempuannya yang justru membuat situasi perempuan sendiri semakin rumit.

Miranda Olga (2019), seorang kriminolog pernah menulis pada geotimes.co.id tentang tabir kekerasan antarperempuan. Menyerang seksualitas adalah cara yang dinilai efektif untuk merundung korban perempuan. Hal ini terjadi karena budaya hetero normatif masih menghubungkan berharga atau tidaknya perempuan sebagai manusia dengan perilaku seksualnya. Persaingan intraseksual adalah persaingan antara jenis kelamin yang sama untuk mendapatkan pasangan terbaik menurutnya.

Melakukan kekerasan adalah salah satu upaya yang dapat ditempuh dalam memenangkan persaingan intraseksual bagi perempuan, karena harga perempuan sering kali terletak pada perilaku seksualnya. Oleh sebab itu, bukan hal mengejutkan bila perempuan dapat mengganggu perempuan lain dan menjatuhkan pula pada perempuan lain itu dikarena urusan seorang laki-laki, atau bahkan karena perempuan lain memiliki ekspresi seksual yang lebih bergairah dan menarik yang dapat mengancamnya untuk mendapatkan seorang pasangan serta bisa merebut paksa keharmonisan didalam hubungan pada perempuan lainnya itu.

Benarkah persaingan antarperempuan hanya karena aspek seksualitas? Natashya Gutierrez, Kepala Biro Rappler Indonesia menulis dalam magdanele.co tentang bagaimana perempuan mendukung perempuan lain. Ada masalah diskriminasi gender dan seksisme yang harus dipikul oleh seorang perempuan, seperti dinomorduakan dalam kesempatan mendapatkan pendidikan atau kenaikan sebuah jabatan; pelabelan-pelabelan negatif ketika dia bersekolah tinggi, pulang malam, atau ketika dia tidak cantik dan tidak lemah lembut; tanggung jawab pekerjaan rumah tangga dan pengasuhan anak yang hanya dibebankan padanya; hingga berbagai jenis kekerasan dari mulai kekerasan psikis, kekerasan fisik, kekerasan ekonomi, kekerasan sosial, dan kekerasan seksual yang sulit dia lawan karena dia terkekang dalam konstruksi yang membuatnya tidak bisa atau tidak tahu harus berbuat apa serta masih terbelenggu bahkan terpenjara dalam budaya patriarki yang masih terus-menerus selalu ada didalam masyarakat. 

Saling Menjatuhkan.!

Dalam tulisan lain, Marianne Cooper, sosiolog di Clayman Institute for Gender Research menulis sebuah artikel di The Atlantic tentang mengapa perempuan saling menjatuhkan satu sama lain. Studi-studi menunjukkan bahwa kecenderungan perempuan untuk saling membenci ditimbulkan oleh dua faktor: lingkungan tempat perempuan itu didiskriminasi dan kurangnya solidaritas gender. Perempuan tidak saling membantu ketika mereka merasa bahwa ada konotasi negatif dari menjadi seorang perempuan. Misalnya, katakanlah saya salah satu dari jumlah kecil perempuan di tempat kerja atau organisasi ataupun tempat perkumpulan lainnya yang mayoritasnya laki-laki, dengan stereotipe terhadap perempuan (dramatis, tidak kompeten, emosional, dll).

Berbagai situasi yang membuat perempuan merasa dalam persaingan dalam sehari-harinya tidak lepas dari situasi ketidaksetaraan gender dan budaya patriarki yang mengekang perempuan sejak lahir. Adanya pembatasan akses, diskriminasi, beban ganda, stereotipe negatif yang membuat perempuan memberontak berusaha untuk keluar dari jeratan tersebut. Ekspresi tersebut ditunjukkan dengan beragam oleh perempuan. Hal ini tidak lepas dari lingkungan di mana perempuan tumbuh serta berkembang.

Apabila lingkungannya penuh dengan kekerasan, maka ia cenderung menempuh cara-cara kekerasan untuk memenuhi suatu kebutuhannya, termasuk mencari jati diri. Padahal, perempuan hanya ingin menjadi diri sendiri dan mendapatkan akses untuk aktualisasi dirinya. Sayangnya, bagi perempuan yang sudah menyadari bahwa mereka punya privilege dan kesempatan untuk mendapatkan akses tersebut, lupa berempati terhadap perempuan lain sehingga yang terjadi adalah persaingan ataupun Kompetisi.

Lalu bagaimana caranya agar perempuan bisa mengubah situasi itu? Bagaimana sesama perempuan bisa saling menguatkan dan mendukung satu sama lain dalam hal kebaikan dan pengembangan diri? Coba Berhenti menghakimi perempuan atau cobalah untuk tidak membanding-bandingkan proses hidupnya dengan yang lain. Perempuan membutuhkan teman untuk berbagi beban. Sesama perempuan sudah selayaknya untuk saling menghormati apapun keputusan yang diambil. Misalnya keputusan untuk menjadi ketua umum pada suatu organisasi contohnya, keputusan untuk menikah, keputusan untuk bekerja atau pun menjadi ibu rumah tangga, keputusan untuk memilih gaya pakaian, dan keputusan untuk bertentangan dengan arus utama. Jika hal ini sudah disadari perempuan, maka tidak ada lagi persaingan, tidak ada lagi saling merendahkan antarperempuan dan tidak ada lagi iri dengki sesamanya.

Ada banyak situasi yang membuat perempuan memilih jalan yang berbeda. Tuntutan masyarakat akan perempuan ideal, situasi keluarga yang kurang baik relasinya, bahkan trauma dari yang suka mengusiknya, trauma terhadap relasi yang ada disekitarnya, dan hidup dalam batasan-batasan tertentu. Semua itu sangatlah rumit.

Apa yang dibutuhkan dari dukungan antarperempuan? yakni Menjadi teman yang mendengar tanpa menghakimi, menjadi langkah awal untuk memberikan dukungan antarperempuan. Menciptakan ruang nyaman bersama penting untuk dibangun sesama perempuan. Mengutip dari Natashya Gutierrez, Semakin kita tidak saling membantu, akan semakin buruk keadaannya untuk perempuan, dan semakin lama kita mencapai kesetaraan yang diinginkan.

Dan saya sedikit berpesan 

Jadilah tinggi tanpa Menjatuhkan.!

Jadilah Di Depan tanpa Menyingkirkan Orang Lain.!

Aku Perempuan

Kamu Perempuan

Dan Kita adalah Perempuan.

Sejatinya Perempuan yang satu dengan yang lain itu seharusnya saling Mensupport bukan? Dan Bukankah berjalan beriringan jauh lebih terasa indah?

Tidak ada Hasad Diantara Kita

Tidak akan Hasad jikalau Kita Paham Akan Hakekat Rezeki itu sendiri. 

  

Ditulis oleh : Marwathun Nisa 

Sekretaris umum kohati cabang padang

0 Comments

Post a Comment