Pandangan Buya Syafii tentang Islam, Toleransi dan Pancasila Dibahas dalam Sekolah Kebudayaan dan Kemanusiaan Ahmad Syafii Maarif

 


MINANGTIME.COM, SOLO - MAARIF Institute menyelenggarakan Sekolah Kebudayaan dan Kemanusiaan Ahmad Syafii Maarif (SKK-ASM) IV dengan tema Islam, Kebhinekaan, dan Keadilan Sosial pada tanggal 12 -17 November 2022 di Pesma Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS). 


Peserta yang terlibat dalam kegiatan SKK ASM-IV berjumlah 30 orang yang terdiri dari mereka yang lolos seleksi yang berasal dari berbagai latar belakang agama, etnis, gender, ormas keagamaan, asal daerah dan lainnya.


Sesi SKK-ASM IV pada hari Selasa - Rabu tanggal 15 s.d 16 November 2022 menghadirkan Prof. Dr. Amin Abdullah, Guru Besar UIN Kalijaga dan Anggota Dewan Pengarah BPIP yang membawakan materi yang berjudul Pemikiran Politik Ahmad Syafii Maarif tentang Islam dan Pancasila. Sementara narasumber kedua, Prof. Dr. Zakiyudin Baidhawi, Rektor IAIN Salatiga, membawakan materi Islam Berkemajuan: Perspektif Ahmad Syafii Maarif.


Dalam paparannya, Amin Abdullah, mengatakan bahwa Buya adalah kritikus sosial-agama, sosial-budaya, dan sosial-politik yang tajam. 


"Buya Syafii kerap melontarkan kritik ke publik secara lugas tanpa tedeng aling-aling, mulai dari persolan konflik Sunni dan Syiah hingga persoalan FPI yang disebut Buya sebagai ‘preman berjubah’ karena aksinya yang kerap melakukan aksi sweeping," tuturnya, Rabu (16/11/2022).



Amin Abdullah mengelaborasi lebih jauh bahwa ajaran Islam dewasa ini harus mampu merespons persoalan humanisme kontemporer. Untuk melakukan itu diperlukan peninjauan kembali pada epistemologi keilmuan Islam yang selama ini masih terjebak pada metode dan pendekatan Ulum al-Din lama. 


Amin Abdullah melanjutkan bahwa corak Pendidikan Islam sudah seharusnya melibatkan riset lapangan dan membahas perihal kewargaan dalam negara bangsa yang tuntas dan mendasar dalam hubungannya dengan isu-isu dan paham keagamaan agar ajaran Islam dapat hadir menjadi solusi bagi keindonesiaan.  


Sementara, Zakiyudin Baidhawi, dalam paparannya mengatakan bahwa gagasan keislaman Buya Syafii adalah gagasan Islam berkemajuan yang konsen terhadap Islam berkemajuan, tolerasi, nilai-nilai kebangsaan, dan komitmennya tentang nilai-nilai Pancasila. 


Sembari mengutip Buya, Zakiyudin mengatakan, "Sebuah bangsa dapat mengalami kehancuran bila toleransi sosial, agama, dan budaya tidak mantap," katanya. 


Dalam kesempatan tersebut, Moh. Shofan, Direktur Program MAARIF Institute yang mengawal jalannya SKK berharap peserta dapat dapat melanjutkan cita-cita Buya.

 

"Bersamaan dengan hari toleransi internasional ini, kami berharap peserta SKK bisa melanjutkan cita-cita Buya Syafii Maarif yang konsen terhadap isu isu toleransi, nilai-nilai kebangsaan, dan Pancasila untuk menentang segala bentuk diskriminasi dan prasangka," pungkasnya. (Iqb/Zaki)

0 Comments

Post a Comment