Bulan Cinta Laut Harus Ditambah “Jaring Pengaman Laut”



JAKARTA - Pjs. Ketua Umum Milenial Mitra Polisi (MMP), Iqbal Rahmat Ghojali, memberikan apresiasi kepada KKP (Kementerian Kelautan dan Perikanan) yang mencanangkan Bulan Cinta Laut (BCL), 1-26 Oktober mendatang. 


“Agenda BCL dapat menjadi momentum segenap anak bangsa termasuk pemuda untuk sadar bahwa sampah di laut kian hari makin mengkhawatirkan, sehingga perlu penanganan”. Hal ini dikatakannya dalam rapat konsolidasi peran serta pemuda dalam pengembangan ekonomi berbasis emik di Jakarta (22/9). 



Lebih jauh, Ketua Bidang Kemaritiman Dewan Pimpinan Pusat Milenial Mitra Polisi, Khamid Baekhaki, menyampaikan bahwa pembersihan laut dan pantai yang akan dilakukan oleh nelayan dan keluarganya saat tidak melaut, merupakan pekerjaan yang mulia. Laut merupakan ladang mereka mencari nafkah, menghidupi keluarga dan merajut masa depan bagi anak – anaknya. 


Membersihkan pantai berarti mensyukuri karunia-Nya. Dan, tidak melaut selama beberapa waktu berarti memberikan kesempatan sumber daya ikan untuk melakukan recovery. Namun, menurutnya, upaya itu juga perlu ditingkatkan ke aras yang lebih fundamental, menyelesaikan persoalan hingga ke akar permasalahan. 


80% lebih sampah di laut merupakan sampah kiriman dari daratan. Pembersihan sampah di pantai seoalah tiada habisnya, karena sungai baik primer, sekunder (anak sungai) maupun tersier merupakan nadi yang dapat mendistribusikan sampah dari darat ke laut. Nelayan, pembudidaya ikan, petambak garam, dan pelaku usaha lainnya tentu dirugikan.


Lebih lagi, menurutnya, Indonesia memiliki 3 arlindo (arus lintas Indonesia) yang memungkinkan penambahan konsentrasi sampah dari tempat lain karena ada aliran massa air. Sampah – sampah yang terapung tentu dapat ikut terbawa pada aliran ini, sehingga jangan heran jika sampah di Indonesia bisa juga berasal dari negara lain. Selain itu, perilaku membuang sampah dari kapal di laut, juga memperparah pencemaran, bukan hanya di pantai dan perairan permukaan (epipelagic), namun juga zona perairan menengah (mesopelagic) bahkan Batiopelagik.


Jaring Pengaman Laut (JPL)

DPP MMP merekomendasikan agar Bulan Cinta Laut ditambahkan dengan kegiatan yang lebih konkrit, yakni JPL atau “Jaring Pengaman Laut”. Konsepnya mencegah sampah di muara sungai  agar tidak masuk ke laut. Hal ini bisa dilakukan dengan memperbanyak pintu air, ataupun membuat jaring sederhana dari bahan – bahan bekas seperti ban bekas, drum bekas, jirigen bekas, ataupun barang – barang mengapung lainnya yang dirangkai untuk menghalau sampah di sungai.


 “Botol air mineral yang mengapung jika sampai ke laut dapat menjadi malapetaka, namun jika ditangkap, dilakukan reuse ataupun recycle, dapat menjadi rejeki tambahan buat keluarga”.  


Oleh sebab itu, di sekitar JPL harus dibangun tempat pengolahan sampah terpadu, yang dikelola oleh gabungan pemuda baik nelayan, pembudidaya ikan, petambak garam, penggerak konservasi, pengelola wisata, dan pelaku usaha lainnya. Tempat pengolahan ini sekaligus dapat difungsikan untuk menampung sampah pantai yang dibersihkan nelayan. Sampah organic seperti styrofoam dapat direcycle sebagai bahan campuran batako, plastic dapat diolah menjadi biji plastic, bahkan bisa direuse untuk berbagai produk kerajinan. Maka, tempat pengolahan ini perlu dibangunkan juga pusat pelatihan.


Bentuk dari JPL sederhana ini, teknisnya perlu dikomunikasikan dengan Ditjen Sumber Daya Air (SDA) Kementerian PUPR dan juga Kementerian Perhubungan, karena banyak sungai yang menjadi jalur lalu lalang kapal, baik kapal nelayan maupun kapal lainnya. Bagaimana mekanisme buka tutupnya, bagaimana pengambilan sampah yang telah dihalau, bagaimana pengolahan sampah yang  bersalinitas rendah dan tinggi, serta bagaimana saat musim hujan dengan aliran sungai yang deras, itu perlu pembahasan lebih lanjut.

0 Comments

Post a Comment