MAARIF Award 2022: Mencari Orang Biasa dengan Karya Kemanusiaan Luar Biasa

 


MINANGTIME.COM, JAKARTA - Tahun 2022 mesti dimaknai sebagai tahun pemulihan dalam berbagai sektor. Hal ini didasarkan pada situasi global yang melanda dunia yakni pendemic virus Severe Acute Repiratory Coronavirus-2 (SAR-COV-2) yang menyebabkan penyakit Corona Viruses Disease-19 atau lebih dikenal dengan Covid-19. Hampir semua negara terdampak, dan tidak semua mampu menghadapinya dengan baik. Seluruh daya upaya digelar untuk melawan pandemi ini hingga kini, termasuk di Indonesia.


Di tengah upaya tersebut, situasi semakin diperparah dengan banyaknya misinformasi, disinformasi, dan kabar bohong  yang menyeruak, termasuk di dalamnya pemikiran irasional dan cenderung fatalis dalam merespon bencana wabah ini dalam perspektif keagamaan masing-masing.

 

Manajer Program Maarif Institut, Deni Murdani mengatakan banyaknya misinformasi, disinformasi, dan kabar bohong ini tak jarang juga menyentuh isu primordial masyarakat seperti isu agama, ras, ormas keagamaan dan suku. Bangunan persaudaraan antar anak bangsa turut terkoyak karena banyaknya kabar bohong/hoak. 


"Kegaduhan ini mesti segera diakhiri dengan penguatan persatuan bangsa di atas kepentingan apa pun. Pandemi Covid-19 mestinya menjadi momentum untuk kita berbenah diri dan membuat lompatan besar dalam urusan pengelolaan kesehatan, kesejahteraan masyarakat, teknologi, dan lain-lain," ungkapnya, Kamis (04/08/2022).


Di tengah persoalan besar tersebut, kata Deni, kehadiran para pemimpin lokal yang memperjuangkan nilai-nilai keindonesiaan dan kemanusiaan ibarat oase yang menyuntikkan harapan baru (new hope) dan menumbuhkan model-model alternatif (role models) untuk penguatan dan pemberdayaan masyarakat sipil dalam upaya mencegah terjadinya perpecahan dan sekaligus mampu menjembatani hubungan antar-agama di kalangan masyarakat akar rumput.


"Mereka merupakan aktivis pelopor dan penggerak proses perubahan sosial di tingkat akar rumput dengan komitmen tinggi terhadap pluralisme, moderasi, koeksistensi, dan keadilan sosial," ujarnya.

 


Lanjut Deni, setelah terlaksana dengan baik pada 2020, MAARIF Award kembali digelar tahun 2022 ini. MAARIF Award adalah program penghargaan dua tahunan yang diselenggarakan MAARIF Institute sejak tahun 2007. Penghargaan ini diberikan untuk mengangkat model-model keteladanan dan kepemimpinan lokal yang memiliki komitmen terhadap nilai-nilai kebhinekaan dan Pancasila yakni spiritualitas, kemanusiaan, persatuan, demokrasi, dan keadilan sosial.

 

"Kehadiran award pada tahun ini memiliki makna tersendiri ketika bangsa kita tengah dihadapkan pada berbagai tantangan, bangkit dari pandemi Covid-19, menjaga keutuhan anak bangsa dari ancaman perpecahan pasca dan menjelang tahun politik, menjaga kewarasan publik di tengah gelombang informasi-terutama pemanfaatan media sosial yang tidak selalu konstruktif, dan tantangan-tantangan lain seperti intoleransi, radikalisme, perundungan, dan kekerasan seksual," ujarnya.


Senada, Direktur Eksekutif MAARIF Institute, Abd Rohim Ghazali mengatakan penyelenggaraan award tahun ini diharapkan mampu menemukan sosok, baik individu maupun institusi, yang bisa menjadi teladan sekaligus panutan dalam membangun kohesi sosial di tengah ancaman perpecahan yang kini membayangi masyarakat Indonesia, dan mampu membangun optimisme di tengah keterpurukan sosial-ekonomi akibat pandemi.

 

Perlu diketahui, MAARIF Award kali ini telah memasuki penyelenggaraan yang kesembilan, setelah sebelumnya diadakan pada tahun 2007, 2008, 2010, 2012, 2014, 2016, 2018 dan 2020. Dari delapan kali penyelenggaraan itu, terdapat empat belas individu pejuang kemanusiaan di tingkat lokal dari pelosok Nusantara dan sekarang di antaranya sudah menjadi tokoh nasional: Pdt. Jacklevyn Frits Manuputty (Ambon), Arianto Sangaji (Poso), Cicilia Yuliani Hendayani (Blitar), TGH. Hasanain Juaini (Lombok Barat), Tafsir (Semarang), Romo Vincentius Kirjito (Magelang), Ali Al Habsyi (Martapura), Ahmad Bahruddin (Salatiga), Romo Carolus (Cilacap), Masril Koto (Padang), Budiman Maliki (Poso), Rudi Fofid (Ambon), Abdul Rasyid Wahab (Sikka, NTT), dan Ibnu Kharish atau Ustadz Ahong (Tangerang Selatan-Banten); serta dua institusi: Yayasan Pendidikan Sultan Iskandar Muda (Medan) dan Mosintuwu Institute (Poso).

 

"Di tiap penyelenggaraan MAARIF Award, komposisi Dewan Juri selalu beragam dan berubah. Hal ini semata ditujukan untuk memberikan kepastian objektifitas dalam menilai calon penerima MAARIF Award. Untuk tahun 2022 ini, Dewan Juri terdiri atas Clara Joewono, Prof. Dr. Abdul Mu’ti, Rikard Bagun, Gaundensius Suhardi dan Ahmad Bahruddin," sambung Deni.

 

Salah seorang Dewan Juri MAARIF Award 2022, Clara Joewono mengatakan para calon penerima MAARIF Award akan dinilai dari kerja-kerja kemanusiaan yang dipeloporinya untuk publik dan berpengaruh secara positif dalam lingkup yang lebih luas; kemampuannya mendorong partisipasi warga untuk peningkatan kualitas hidup masyarakat; kemampuannya menjembatani perbedaan dan kebhinekaan di tengah masyarakat; peran aktifnya dalam peningkatan kualitas hidup masyarakat melalui penguatan akses pendidikan, kesehatan, pembedayaan ekonomi, pemeliharaan lingkungan, dan rekonsiliasi konflik demi kedamaian dan kesejahteraan hidup masyarakat. 


“Penerima MAARIF Award haruslah orang-orang yang tak hanya memiliki komitmen pada kebhinekaan, tapi juga mampu mendorong kemandirian warga untuk peningkatan kualitas hidup serta pemuliaan harkat dan martabat manusia,” terang Clara Joewono Dewan Juri MAARIF Award 2022.

 

Segenap masyarakat bisa turut andil  dalam program ini dengan cara merekomendasikan atau mengajukan nama-nama yang dianggap layak untuk mendapatkan MAARIF Award. Caranya dengan mengisi formulir pencalonan yang bisa akses di https://maarifinstitute.org/about-maarif-award/. Pengisian form pencalonan diterima selambatnya pada 15 September 2022. (Agha)

0 Comments

Post a Comment