Laksanakan Taqarrubun Nafsiyah, Santri Ponpes Nurul Yaqin Aswaja Dibekali Pentingnya Menulis



MINANGTIME.COM, Padang Pariaman - Santri Pondok Pesantren  Nurul Yaqin Aswaja, Padang Nonang, Sungai Sarik, Kecamatan VII Koto  Kabupaten Padang Pariaman diberikan motivasi pentingnya menulis. Santri Nurul Yaqin Aswaja, Padang Nonang, tidak hanya mengaji kitab, tapi  juga penting mendapatkan wawasan pentingnya menulis.


Demikian disampaikan Pimpinan Pesantren Nurul Yaqin Aswaja Padang Nonang Sungai Sarik, Kecamatan VII Koto  Kabupaten Padang Pariaman Aswir Tuanku Sidi Ibrahim Pamansiangan, M.Pd.I pada acara taqarabun nafsyiah (masa pengenalan diri), Selasa (16/8/2022) di pesantren tersebut. Menurut Aswir, sengaja mendatangkan narasumber penulis buku Armaidi Tanjung yang sudah berpengalaman puluhan tahun menulis dengan puluhan buku. 

Dikatakan Aswir, pada taqarabun nafsyiah yang berlangsung selama tiga hari, Selasa-Kamis (16-18/8) diikuti lebih dari 50 santri. “Diharapkan dengan adanya motivasi menulis ini para santri  bisa mendapatkan ilmunya dan bermanfaat baik dalam proses belajar  maupun  setelah tamat dari pondok pesantren,” kata Aswir, mantan Pengurus PC Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) Kabupaten Padangpariaman ini.


Ditambahkan Aswir, sebagai calon mubaliq atau ulama, santri juga dituntut  memiliki keterampilan menulis yang baik dalam menyampaikan ide dan gagasan kepada masyarakat. Apalagi pada era informasi dan teknologi sekarang, kemampuan menulis sangatlah penting.


Narasumber Armaidi Tanjung menyebutkan, santri/santriwati yang sudah dididik di pesantren, belajar kitab-kitab klasik, kitab kuning, yang berisikan ilmu pengetahuan agama dari ulama-ulama terdahulu. Ini bekal bagi santri untuk berdakwah melalui tulisan. Tulisan yang dihasilkan santri nantinya bisa menembus waktu dan ruang yang dibaca banyak orang.


“Menulis juga merupakan bagian dari perintah agama. Karena ayat pertama yang diturunkan adalah perintah baca (Iqra’). Jadi dengan adanya perintah baca tersebut, berarti ada yang dibaca, yakni tulisan yang dihasilkan dari aktifitas menulis. Dengan demikian, orang yang menulis untuk kebaikan juga merupakan kegiatan ibadah,” kata Armaidi Tanjung yang juga wartawana utama di salah satu media online ini.


Dikatakan, Armaidi Tanjung, para ulama terdahulu yang menulis ilmu agama melalui kitab-kitab, meski sudah wafat ratusan tahun lalu, tapi hingga kini masih bisa dipelajari ilmu dan ajaran dari ulama tersebut. Begitu kuatnya pengaruh menulis dalam melestarikan dan menjaga ilmu agama, maka santri sejak dini harus dimotivasi untuk  menumbuhkan semangat menulis.


“Banyak manfaat dengan menulis. Baik menulis artikel, cerita pendek, opini, di media massa, novel, maupun menulis buku atau kitab. Sedangkan kunci menjadi penulis itu hanya dua saja. Yakni pertama, banyak membaca. Kedua, menulis, menulis dan menulis,” kata Armaidi Tanjung mengakhiri.

0 Comments

Post a Comment