Penulis : Zulnaidi, SH
MINANGTIME.COM - Tepat pukul 07.00 wib, jumat pagi (17/6/2022) bunyi mesin mobil mulai menderu, roda berputar menyusuri jalan raya Pauah Kamba menuju BIM (Bandara Internasional Minangkabau)-dalam wilayah Kabupaten Padang Pariaman, Sumatera Barat-dengan waktu tempuh maksimal sekitar 40 menit. Sempat singgah sejenak di Simpang Kuliek Sungai Buluh menjemput sahabat Hasan Basri yang turut serta menjemput kedatangan Kakanda Senior Manimbang Kahariady, Sekretaris Jenderal Majelis Nasional KAHMI (Korps Alumni Himpunan Mahasiswa Islam) dalam lawatannya guna memenuhi dua janji.
Ini kali kedua dalam bulan ini Saya dapat kehormatan menjadi "sopir sekaligus ajudan" tokoh senior alumni organisasi yang mana Saya adalah salah satu bagian darinya. Agenda kali ini beliau bermaksud menghadiri undangan resepsi pernikahan anak dari salah seorang Senator (anggota DPD RI) dari Sumbar yang juga alumni senior KAHMI, yang berlangsung esok hari (10/6/2022). Meskipun resepsi dimaksud waktunya esok malam, namun beliau bersedia datang pagi ini lebih awal sehari sebelumnya untuk memenuhi permintaan kami saat kunjungan sebelumnya agar beliau bisa kami ajak keliling beberapa spot wisata di Sumbar.
Pukul 08.45 pesawat Batik Air yang beliau tumpangi mendarat di BIM, hanya berselang belasan menit kemudian wajah sumringah nan energik muncul di pintu kedatangan bandara: "Apa kabar adinda, senang sekali Abang bisa kesini lagi dan berjumpa dinda...!", Demikian beliau menyapa kami berdua dipagi yang cerah sedikit berawan itu. Terlihat sekali antusias dan pancaran energi positif beliau persis seperti rasa dan energi yang kami miliki saat itu.
08.00 wib, BIM menjadi titik awal perjalanan tualang kami untuk dua hari kedepan, dengan kecepatan rata-rata 60 KM/jam, mobil berpacu diatas aspal dengan agenda pertama sarapan di sebuah warung yang sudah pernah beliau singgahi saat agenda sebelumnya, warung Ajo Kiambang di Parit Malintang, tempat favorit sarapan para pelintas jalur Padang-Bukittingi, dengan menu lontong gulai dan nasi soto nan lezat.
"Wajar saja orang Minang itu kuat dan hebat, sarapan paginya makan paku dan minumnya teh telur!" Kelakar beliau sambil mengaduk segelas teh telur minuman khas minang nan kental bakalintin. Paku adalah sebutan orang Minang untuk sejenis tanaman pakis yang bisa dikonsumsi dengan cara dimasak dulu menjadi gulai dan jadi pelengkap lontong sayur sarapan pagi. "Dengan makan paku ini, orang Minang telah mengalahkan pemain debus...!?" Ujar beliau sambil tersenyum dan kami ikut tertawa mendengarnya.
Perjalanan kami berlanjut dengan target paling telat pukul 10.30 wib sudah sampai di Padang Panjang. Kota Serambi Mekah ini menjadi persinggahan silaturahmi pertama kami hari ini dengan agenda berkumpul dengan MD (Majelis Daerah) KAHMI Kota Padang Panjang. Sahabat Agustian (Sekretaris Wilayah KAHMI Sumbar) jadi penghubung karena kebetulan beliau bertugas sebagai Sekretaris KPU Kota Padang Panjang. Rombongan MD KAHMI Padang Panjang menyambut kami ditempat yang tepat, kawasan wisata utama Kota ini sekaligus Pusat Informasi dan Dokumentasi Kebudayaan Minangkabau (PDIKM).
Terlihat sekali kekaguman bang Manimbang dengan kawasan ini, alam nan sejuk dan luarbiasa subur serta penuh dengan kekayaan budaya yang khas. Turut nenyambut kami Kanda Basrizal Dt. Panghulu Basa, tokoh senior KAHMI Sumbar sekaligus tokoh adat di daerah tersebut. Di Padang Panjang kami mampir cukup lama sekitar 3 jam: bersilaturahmi, berdiskusi, mendokumentasikan beberapa momen, shalat jumat di Masjid megah kawasan Islamic Center dan ditutup dengan makan siang bersama di sebuah rumah makan terkenal dikota ini.
Sekira pukul 14.00 wib, kami berpisah dengan keluarga besar KAHMI Padang Panjang, terasa sekali berapa waktu begitu singkat dan cepat berlalu. Perjalanan kami lanjutkan ke Kabupaten Tanah Datar, sebelumnya hanya satu mobil-sekarang sahabat Riki ikut mengiringi perjalanan ini dan ia sudah bersama kami sejak di Masjid tadi dimana Riki pagi tadi berangkat dari Kota Padang menyusul kami ke Padang Panjang.
Kurang lebih satu jam perjalanan, Kota Batusangkar-pun menyambut kami. Ibukota Kabupaten Tanah Datar ini terletak persis di kaki Gunung Marapi, gunung tertinggi dan berstatus aktif di Sumbar. Konon dikawasan inilah pertama kali etnis Minangkabau bermula dan berkembang, di sebuah Nagari (desa) bernama Pariangan yang hari ini menjadi kawasan wisata desa terindah di Indonesia. Ya, Batusangkar dengan ikon Istano Pagaruyungnya ini adalah alat "bargain" kami merayu bang Manimbang agar mempercepat kedatangannya ke Sumbar agar bisa melihat istana kerajaan Minangkabau masa lalu itu.
Memasuki kawasan istana yang konon berdiri menjelang pertengahan abad 14 ini, rasa kagum terasa menggelayuti pikiran bang Manimbang berapa megah dan hebatnya nenek moyang kita dimasa lalu. Meskipun bangunan ini adalah bangunan ulang (rekonstruksi) paska kebakaran hebat yang menghanguskan seluruh istana ini tahun 2007 (sebelumnya beberapa kali pernah juga terbakar seperti saat perang Paderi), namun seluruh bentuk dan ornamen yang ada melambangkan suatu periode tentang orang-orang hebat Minangkabau.
Bertualang secara faktual penuh imajinatif di Istana Basa ini kami isi dengan diskusi dan tentu saja dokumentasi foto serta video. Bang Manimbang memberikan kami sebuah kejutan bahwa ternyata beliau hapal dan bisa menyanyikan beberapa lagu khas Minangkabau. Diiringi rekaman video dari 2 kamera ponsel, beliau menyanyikan lagu "Ayam Den Lapeh" dan kami bantu dengan paduan suara penutup berupa teriakan "Yakin Usaha Sampai! " yang menggema di setiap lorong istana.
Perjalanan ini sesaat harus dihentikan karena bang Manimbang musti istirahat di hotel Emersia Batusangkar. Sore ini terlihat beliiau sudah cukup lelah karena padatnya jadwal dalam bulan ini, lebih lagi sejak pukul 04.00 wib pagi ini beliau sudah jalan menuju bandara. Istirahat ini jadi penting agar agenda silaturahmi ba'da magrib dengan HMI dan KAHMI Tanah Datar bisa dalam kondisi segar.
Diskusi malam ini berjalan penuh hikmat. Ruangan di salah satu rumah makan yang kami gunakan makan malam dan diskusi terasa sempit, mungkin karena banyak yang hadir dari kalangan KAHMI dan HMI Tanah Datar. Banyak hal yang bang Manimbang paparkan mulai dari soal kapasitas seorang kader intelektual yang musti dimiliki kader HMI, Tugas kepemimpinan yang menebarkan kebahagiaan, pandangan Al Farabi tentang karakter pemimpin dalam mewujudkan masyarakat madani, sampai dengan cuplikan pikiran Ali Syariati dan kekuatan silaturahmi yang menjadi unsur penting ber-KAHMI.
Diiringi hujan rintik-rintik, dialektika malam ini terus bergulir bersama waktu mengantarkan kami ke pertengahan malam yang musti melerai. Catatan beliau tentang mission yang musti selalu menggerakan relung kehidupan seorang kader serta kualitas 5 insan cita yang perlu dirawat agar mewujud dalam setiap pilihan profesi kader mengantar kami pulang ke tempat peristirahatan masing-masing. Kader HMI adalah calon pemimpin yang dipersiapkan untuk mewujudkan masyarakat adil makmur yang diridhai Allah SWT, demikian kata kunci teman tidur kami malam ini.
Tepat pukul 08.00 wib esok paginya, Kota Batusangkar musti kami tinggalkan menuju Kota Bukittinggi, memenuhi janji jamuan sarapan Erman Safar, seorang Walikota muda yang juga kader HMI. Sarapan pagi di rumah dinas ini diselingi diskusi ringan penuh canda tawa, tak lama berselang turut hadir Wakil Bupati Pasaman, Sabar AS menjadi bagian dari indahnya silaturahmi di Kota yang terkenal dengan ikon Jam Gadang ini.
Suatu kebetulan pada hari ini juga ada kegiatan Rapat Kerja Badko ( Badan Koordinasi) HMI Sumatera Barat. Beliau didapuk memberikan wejangan di hadapan pengurus Badko dan Kader HMI Cabang Bukittinggi. Dalam setiap wejangan dan pencerahan yang diberikan, bang Manimbang selalu menyitir potongan ayat Quran yang relevan: Al Ankabut 59; Ali Imran 159; Yusuf 111, dan banyak lagi. Memperkokoh argumen yang beliau paparkan.
Kegiatan di Bukittinggi ditutup dengan kunjungan ke sekretariat HMI Bukittinggi yang sudah milik sendiri, dari cerita Sabar AS, Bangunan sekretariat merupakan sumbangsih dari tokoh nasional KAHMI yakni Anas Urbaningrum saat lawatan beliau kesini saat masih jadi petinggi partai Demokrat. Sesaat setelah azan zuhur berkumandang, kami berpisah dengan kader HMI Bukittinggi, bergerak dengan dua mobil menuju Padang yang butuh waktu tempuh sekitar 2.5 jam.
Meskipun ban mobil saya sempat bocor, sekitar pukul 16.30 kami sampai di Hotel Pangeran Kota Padang. Bang Manimbang sampai di Padang lebih dulu karena beliau ikut bersama mobil Sabar AS yang lebih dulu melaju di depan kami dan tak menyadari mobil kami sempat bocor. Sore itu baliau kami minta untuk istirahat dulu, lalu ba'da magrib menghadiri resepsi pernikahan yang berjalan hampir 2 jam. Sebelum peraduan menjadi teman malam, bang Manimbang masih sempat mampir ke Wisma KAHMI-HMI di Jalan Hang Tuah 158 Padang hingga pukul 00.00 wib malam. Berdiskusi dan berdialektika, demikian kultur HMI sebenarnya.
Akhirnya perpisahan musti kami alami, sabtu pagi 19/06/2023 setelah terlebih dahulu sarapan di sebuah tempat favorit di Kota Padang, kami menggunakan tiga mobil mengantar beliau ke BIM. Pesawat beliau akan take off pukul 11.20 wib, menunggu jadwal boarding kami masih sempat ngobrol banyak. Ada Presidium Wilayah, Lahmudin; Sekretaris MW Agustian, sehabat Budi Fitra Helmi; MD KAHMI Pariaman Hasan Basri dan saya sendiri mengantar beliau hingga depan pintu keberangkatan. Sahabat Budi menemani baliau diruang tunggu bandara. "Study today, leader tomorrow" kian menggelora di dada kami kader HMI seiring kembalinya beliau ke Jakarta.
Yakin Usaha Sampai, Pukamba, 20 Juni 2022.
0 Comments