Kembalikan Surau Kami




MINANGTIME.COM, OPINI - Surau yang dahulu demikian kukuh sebagai benteng moral masyarakat Minangkabau kini memudar. Surau mulai ditinggalkan oleh generasi muda Minangkabau, dahulu surau mampu menghasilkan tokoh-tokoh besar di kancah nasional maupun internasional seperti Mohammad Hatta, Sutan Malaka, Haji Abdul Malik Karim Amirullah, Mohammad Yamin dan masih banyak lagi tokoh-tokoh yang lahir dan dibesarkan dari pendidikan surau yang saat ini ditinggalkan oleh generasi muda.

Minangkabau, bahkan bisa dikatakan peranan surau dalam kehidupan sosial dan budaya masyarakat Minangkabau hampir hilang. Padahal surau memiliki posisi yang strategis dalam pembentukan karakter masyarakat Minangkabau.

Ketidaktahuan masyarakat akan fungsi dan makna dari surau membuat masyarakat Minangkabau semakin meninggalkan surau. Ditambah beberapa sumber yang hanya menampilkan beberapa sisi dari makna dan fungsi surau, bahkan hari ini banyak yang mengalihkan fungsi surau tersebut kedalam bentuk "Rumah" dan menjadikan sebuah ladang komersil yang hanya membuat masyarakat menjadi kekurangan sumber untuk mengetahui bagaimana sesungguhnya makna dan fungsi dari surau dalam memudarkan adat budaya kehidupan masyarakat Minangkabau. 

Sejatinya Surau merupakan lembaga pendidikan tertua di Minangkabau, bahkan ada beberapa pendapat yang menyebutkan bahwa sebelum Islam masuk ke Minangkabau surau sudah ada, dimana pada saat itu surau berfungsi sebagai tempat pendidikan dan tempat tidur bagi lelaki Minangkabau yang sudah dewasa. Dengan datangnya Islam, surau juga mengalami proses Islamisasi, tanpa harus mengalami perubahan nama. Seperti halnya Surau Belo, Surau Comin, Surau Manggi, SurauTembok, dan Surau Lampi yang ada di Nagari Palangki dengan nama melekat budaya dan histori masyarakatnya.

Selanjutnya surau semakin berkembang di Minangkabau. Di samping fungsinya sebagai tempat pendidikan agama, surau juga merupakan tempat para ninik mamak atau tokoh adat bermusyawarah, tempat melatih berkesenian seperti seni tari, bela diri, randai dan lainnya, surau juga sebagai tempat untuk memberikan pencerahan dan wawasan kepada sanak famili, tempat mengajarkan Al-Qur'an dan Hadis serta ilmu lainnya, juga tempat mengajarkan adat, sopan santun, ilmu beladiri (silat Minang) dan juga sebagai tempat tidur bagi pemuda yang mulai remaja.

Tak hayal, keberlangsungan sebuah Surau di Minangkabau biasanya merupakan tanggung jawab suku atau kaum masyarakat Minangkabau, setiap suku atau kaum di Minangkabau mempunyai surau nya masing masing, artinya persatuan dan kesatuan dalam membangun sumber daya manusianya dimulai pada komponen terkecil masyarakatnya yakni Suku atau Kaum sesuai dalam sebuah hadis sohih, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

اَلْجَمَاعَةُ رَحْمَةٌ وَ اْلفُرْقَةُ عَذَابٌ 

"Bersatu itu rahmat dan bercerai berai itu adzab.” (HR.Ahmad  dari Nu’man bin Basyir, Musnad Ahmad:IV/278, Silsilah Ahaditsush Shohihah No.667)

Mengembalikan fungsi Surau sebagai keistimewaan masyarakat Minangkabau berdasarkan landasan falsafah ‘Adaik Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah’ (ABS-SBK).

Penulis : Fadhlur Rahman Ahsas (Sekretaris PCNU Kabupaten Sijunjung)

0 Comments

Post a Comment