Ponpes Nurul Yaqin Sumbar Adakan Prosesi Bai'atul Kubra Tarekat Syattariyah




MINANGTIME.COM, PADANG PARIAMAN -  Sebelum memasuki bulan suci Ramadhan 1443 Hijriah, seperti tahun-tahun sebelumnya, Pondok Pesantren Nurul Yaqin Sumatera Barat, adakan prosesi Bai'atul Kubra Tarekat Syattariyah atau disebut juga dalam bahasa Minang Kabau "Bi'aik Gadang Tarekat Syattariyah". Segala proses dari kegiatan tersebut dilaksanakan malam hari bakda isya, Selasa, 22 (3/22), di Pondok Pesantren Nurul Yaqin Ringan-ringan Pakandangan, Kabupaten Padang Pariaman.
Kegiatan Bai'atul Kubra itu merupakan agenda rutin setiap tahun yang dilaksanakan oleh Pondok Pesantren Nurul Yaqin. Kegiatan tersebut dilaksanakan sebelum memasuki bulan suci Ramadhan. Bai’at dalam arti sejarah atau bahkan dalam arti kata yang sudah dibekukan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) yang berarti; sebuah upacara pernyataan janji untuk selalu setia kepada suatu ajaran tertentu. Dalam hal ini, tentunya di anut oleh ajaran agama Islam. Lazimnya, bai’at dilaksanakan oleh pengikut ajaran-ajaran ordo tasawuf atau yang lebih akrab disebut dengan "Tarekat".

Pimpinan Pondok Pesantren Nurul Yaqin Ringan-ringan, Syekh Muhamad Rais Tuanku Labai Nan Basa, menyebut bahwa kegiatan Bai’atul Kubra merupakan agenda rutin tahunan yang sudah dilakukan sejak tahun 1960 atau semenjak Pesantren Nurul Yaqin didirikan oleh Buya Syekh H. Ali Imran Hasan (alm).

"Adapun ajaran tarekat yang dibai’atkan di sini adalah tarekat Syattariyah. Hal ini dikarenakan, beliau (Buya Ali Imran) adalah salah satu mursyid tarekat Syattariyah yang ada di Minangkabau. Sejak Buya Ali Imran berpulang ke Rahmatullah, prosesi bai’at diteruskan oleh khalifahnya Syekh Zulhamdi Tuangku Kerajaan nan Saliah. Selain sebagai khalifah, Syekh Zulhamdi, juga mengemban amanah sebagai pengasuh atau Syaikhul Ma’had di Pondok Pesantren Nurul Yaqin Ringan-ringan" papar syekh Muhammad Rais.

Selanjutnya, Menurut Pimpinan Pondok Pesantren Nurul Yaqin tersebut, tarekat adalah ruh dari sebuah Lembaga Pendidikan Islam. Salah satu penganutnya adalah Pesantren Nurul Yaqin Ringan-ringan.

"Pesantren tanpa tarekat, ibarat jasad tanpa ruh" tegas Syekh Muhamad Rais.

Semenjak awal berdirinya, tahun 1960, Pondok Pesantren Nurul Yaqin memang sudah mendapuk diri sebagai Lembaga Pendidikan Islam yang tidak hanya mentransmisikan ajaran-ajaran keagamaan berbasis kitab kuning, namun juga mengajarkan ajaran-ajaran Tarekat Syattariyah kepada seluruh koleganya seperti para santri dan jamaah simpatisan.

Kemudian, Ketua Yayasan Pondok Pesantren Nurul Yaqin, Idarussalam Tuangku Sutan, menjelaskan bahwa, pengajaran Tarekat adalah bagian terpenting dari keutuhan ilmu agama Islam yang ada di Pondok Pesantren Nurul Yaqin. "Dengan belajar Tarekat, setiap santri dididik untuk menjadi lebih moderat dalam mempelajari dan mengamalkan ajaran-ajaran Islam, karena, tasawuf adalah kunci agar ilmu-ilmu keislaman tidak terkesan kaku dan penuh kasih sayang" ungkapya.

Saat ini, di Minang Kabau (khususnya) atau bahkan di Indonesia (umumnya), memang sudah tak banyak lagi Lembaga Pendidikan Islam yang menjadikan Tarekat sebagai disiplin ilmu keislaman yang menjadi bertaut-kelindan. Pengajaran Tarekat seolah-olah tertinggal di surau-surau tua, di daerah-daerah pedalaman, kalaupun ada di pelajari itupun hanya oleh kawula tua yang sudah memasuki usia senja, ataupun bahkan sebagian pesantren yang ada hanya mengajarkan kitab Kuning saja tanpa ada ajaran Tarekat.

Untuk diketahui, Tarekat dalam Islam berkembang menjadi berbagai macam aliran. Salah satu dari aliran tersebut adalah aliran "Syattariyah". Selain itu, masih banyak lagi aliran-aliran tarekat dengan nama yang berbeda. Hal ini merupakan keniscayaan dalam keberagaman ekspresi saat mengamalkan ajaran-ajaran Tasawuf dalam Islam.

0 Comments

Post a Comment