Oleh : Rahmat Hidayat, alumni HMI Komisariat STKIP PGRI SUMBAR
(Perantau Balik Ombak)
Dalam waktu cepat Korban Jiwa akibat Covid 19 akan semakin bertambah besar jumlah nya. Virus ganas yang tidak kenal ampun ini akan semakin mengganas memakan korban siapa saja yang yang tidak disiplin. Selama kita sebagai warga tidak mau mendisiplinkan diri untuk memutus mata rantai virus ini, maka jangan harap wabah ini akan cepat berakhir.
Kita perlu belajar kepada Itali yang jumlah korban Jiwa sangat banyak akibat covid 19. Jawabannya adalah karna warganya tidak disiplin. China yang kini sudah mulai membaik keadaannya itu disebabkan karena warganya disiplin.
Memahami imbauan pemerintah untuk jangan pulang kampung bagi perantau harus dipahami dengan kepala dingin dan hati lapang. Begitu juga bagi kita yang saat ini dikampung jangan pula sekarang pergi merantau. Bukan waktunya. Menjaga Jarak minimal satu meter Physcal Distancing, social Distancing, Stay at Home. Dengan berada dirumah berarti kita ikut membantu tidak menambah masalah. Hal itu merupakan imbauan yang tidak untuk diabaikan.
Walau beragam respon public dalam menanggapi imbauan pemerintah untuk tidak pulang kampung atau jangan bepergian. Kita memahami perasaan, keadaan dunsanak kita yang dirantau. Mengapa saat ini ada imbauan seperti itu ? tujuannya adalah untuk memutus mata rantai virus ini. Dengan mengurangi interaksi social. Kerumunan. Karena berpotensi pada pada penularan.
Saat ini pulang kampung bukan hanya soal rindu pada sanak saudara. Tapi soal nyawa. Biarlah ditabung saja rindu ini dulu. Biarkanlah nanti dia membuncah pada waktunya. Pada saat Keadaan sudah membaik. Setinggi tingi terbangnya Bangau pulangnya kekubangan jua. Kini bukan saat yang tepat pulang kekubangan.
Sulit dibayangkan seandainya kita masih bersikeras untuk pulang kampung dengan merasa keadaan baik-baik saja, lalu tanpa disadari ada diantara kita yang terpapar virus ini, lalu menularkan pada anak kemanakan kita maka akan semakin cepat kita kehilangan orang orang yang kita sayangi.
Bulan puasa sebentar lagi. kemudian dilanjutkan dengan hari raya idil fitri adalah moment yang ditunggu untuk bertemu sanak saudara. Kalau dalam keadaan normal iya. Sekarang ini dalam keadaan darurat. Ini keadaan benar benar darurat. Indonesia berstatus dalam keadan bencana Nasional. Kapolri sudah mengeluarkan maklumat, intinya menjaga jarak. Tidak ada kerumunan warga. Bahkan MUI juga mengeluarkan imbauan untuk sahalat Jumat dirumah saja. Presiden menyampaikan untuk kita bekerja dan beribadah dirumah (stay at home). Sekolah diliburkan dua pekan. Ka’bah saja sepi. Umroh ditunda untuk sementara. Seumur umur belum pernah kita menemukan keadaan sedarurat ini yang disebabkan oleh wabah penyakit. Sungguh menyesakkan dada.
Menurut penulis, menyikapi keadaan seperti ini untuk sama-sama memperbaiki keadaan maka kita berharap,
Pertama, setiap kita disiplin mealaksanakan imbaaun dari ulama (MUI) dan pemerintah demi keselamatan diri pribadi dan orang banyak. Kepada Pemerintah untuk memberikan perhatian lebih dan apresiasi kepada tenaga medis sebagai garda terdepan dalam maslah covid 19 ini.
kedua, baik dunsanak yang dirantau mapun yang dikampung untuk sama sama mengindahkan dan menahan diri untuk tidak bertemu, atau berkumpul saat ini. Sampai keadaan dinyatakan normal oleh pihak berwenang.
Ketiga, bagi kita yang punya kelebihan reski. Saat nya mau berbagi dengan saudara saudara kita. Sulit membayangkan keadaan keluarga saudara kita yang bekerja lepas. bekerja harian. Menerima upah setelah mengeluarkan peluh. Seperti Petani, nelayan, tukang ojek. Sopir, dan pedagang kaki lima. Demi mentaati imbauan kesehatan. Mereka tidak bisa berusaha mencari nafkah keluarga. Saat ini mereka sulit memilih antara urusan perut dan soal kesehatan.
Keempat, dalam nagari niniak mamak, tokoh masyarakat, alim ulama turut serta memberikan edukasi, arahan kepada anak kemanakan dan masyarakat atas kondisi hari ini. Dalam hal mencerahkan dan menyejukkan.
Kelima, setelah melakukan segala ikhtiar selanjutnya kita bertawakkal berserah diri kepada Allah SWT. Terus berdoa dan memperbaiki dan meningkatkan ibadah kepada Alllah SWT. Saat ini adalah saat yang tepat merenung atas dosa apa yang diperbuat selama ini, segera bertaubat minta ampun kepada Allah SWT sebelum matahari terbit dari Barat.
Bukan rantau yang diperjauh. Pengertian rantau secara fisik kini bisa diperdekat dengan bantuan media social. Misalnya melalui Video call rindu akan terobati. Media social sangat membantu baik kita yang di ranah maupun yang dirantau dalm hal mendapatkan perkembangan informasi dan komunikasi.
Mengapa anak muda diminangkabau dianjurkan merantau ? maknanya adalah pengembaraan rantau akan memperkaya pengalaman, memperkaya ilmu dan pengetahuan. Tidak lagi seperti katak dalam tempurung, mereka bertemu dengan orang orang baru. Wawasan bertambah luas.
Artinya, buah dari pengembaraan ditanah rantau tidak lagi dipahami secara fisik. Rantau yang dimaksud adalah dia lebih unggul, lebih maju secara pemikiran. Sehingga kita berharap perantau kita dapat memberikan pencerahan, kesejukan, kontribusi untuk kampung halaman.. Terlebih dalam situasi seperti ini.
Siapa yang tidak rindu dengan tempat ari-ari nya ditanam? Tempat dimana darah pertama kali terserak. Tempat tapian mandi, bergelut dengan kawan sama gadang di batang air ? tempat kita bercerita dengan kawan sama gadang tentang cita dan cinta yang akan kita gapai di dekat batang Rumbia? Rumah tempat yang ditunggu pulangnya kita oleh ayah dan Ibu. ya kita merindukan itu. Sekali lagi kini bukan saatnya !
Saat ini perantau yang mau bersabar menahan diri untuk tidak pulang kampung, berarti dia sudah berkontribusi untuk mengurangi masalah Covid 19 ini. Semoga badai lekas berlalu. Kita semua merindukan silaturrahmi. Salam dari perantau balik ombak. Sura’ Sabeu.
0 Comments